Ø Gerakan Nasionalisme Myanmar
Myanmar merupakan salah satu anggota ASEAN yang
dulunya dikenal dengan sebutan Burma. Seperti halnya dengan negara lain,
Myanmar juga memiliki latar belakang historis yang menjadi cikal bakal
pembentukan identitas negara Myanmar itu sendiri. Myanmar merupakan bekas
jajahan Inggris di mana Inggris merupakan negara yang mengawali hadirnya
demokrasi. Namun substansi demokrasi tidak tumbuh dengan semestinya di negara
bekas jajahannya. Demokrasi yang terjadi pada abad 18-19 dianggap sebagai masa
kebangkitan demokrasi. Demokrasi berawal dari kerajaan Inggris dengan
pergerakan sosialnya yang berlangsung cepat, karena Inggris sebagai negara yang
maju dari segi jurnalisme. Kolonialisasi yang dilakukan Inggris seharusnya
secara tidak langsung memberikan dampak bagi wilayah jajahannya dalam hal
transformasi nilai-nilai demokrasi, yang dapat disebar di seluruh dunia
termasuk kepada Myanmar sebagai salah satu jajahan Kerajaan Inggris dahulu.
Akan tetapi meskipun Myanmar adalah jajahan Inggris,
belum tentu nilai-nilai demokrasi Inggris dianut oleh masyarakat Myanmar. Hal
ini terbukti dengan rezim otoriter yang masih berkuasa di Myanmar dan membatasi
peran aktor politik lain. Dalam hal ini, sipillah yang akan mewujudkan
demokrasi di Myanmar, khususnya Aung
San Suu Kyi ( Suu Kyi ) yang pernah menerima penghargaan nobel
Perdamaian bahkan memenangi pemilu tetapi tidak diakui kemenangan yang diraih,
padahal Myanmar merupakan tanah kelahirananya. Selama periode penjajahan
inggris, kontrol politik terhadap Myanmar dilakukan melalui India. Myanmar
diperintah sebagai provinsi India sampai tahun 1937. Setelah tahun 1937,
Myanmar menjadi koloni yang diperintah secara terpisah dari India. Kemerdekaan
dari Inggris diperoleh Myanmar pada tahun 1948. Selama masa penjajahan Inggris
tidak terjadi pembentukan identitas tunggal pada penduduk Myanmar. Hal tersebut
disebabkan wilayah Myanmar dibagi menjadi dua bagian yaitu kawasan dataran
rendah dan dataran tinggi. Terhadap masing-masing kawasan diterapkan sistem
pemerintahan yang berbeda.
Di kawasan dataran rendah, administrasi pemerintahan
dikontrol langsung oleh Inggris sedangkan di kawasan dataran tinggi
administrasi dilakukan oleh pemerintah setempat melalui perjanjian dan traktat
antara Inggris dan penduduk setempat. Oleh karena itu, kawasan dataran tinggi
relatif memiliki otonomi dalam bidang pemerintahan. Inggris juga tidak
membangun perekonomian dan administrasi pemerintahan Myanmar dengan baik
sehingga pada saat Myanmar merdeka tidak ada bekal bagi pemerintah baru untuk
menjadi pemerintah yang kuat dan bersatu. Setelah myanmar merdeka banyak etnis
minoritas yang membentuk angkatan bersenjata dan melakukan pemberontakan.
v Gerakan Nasionalisme dan National Building Myanmar
Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa pada tahun
1948, tepatnya tanggal 4 Januari Myanmar, berhasil meraih kemerdekaan dari
Inggris. Sebenarnya di awal abad 19 beberapa bentuk perlawanan dari masyarakat
Myanmar terhadap Inggris telah ditunjukkan. Myanmar setelah jatuh ke tangan
Inggris mengalami beberapa kali perang. Dari sini nasionalisme Myanmar terus
bergelora. Hal ini kemudian diperkuat dengan pergolakan dunia hubungan
internasional yang berimplikasi terhadap stabilitas politik di Myanmar.
Nasionalisme Myanmar timbul disebabkan beberapa faktor eksternal:
·
Kemenangan
Jepang dalam perang Jepang-Rusia 1905. Hal ini tentunya berkenaan dengan adanya
persepsi bahwa kekuatan negara Asia telah bangkit dan kini mulai
diperhitungkan. Dengan adanya kemengan Jepang dari Rusia tentunya memberikan isyarat
kepada negara-negara besar bahwa power negara-negara Asia tidak boleh
diremehkan lagi. Dan di lain hal, fenomena ini tentu saja diasumsikan oleh
Myanmar sebagai sebuah kebangkitan negara Asia secara kolektif untuk membendung
pengaruh negara barat.
·
Nasionalisme di
India mempengaruhi timbulnya nasionalisme di Myanmar. Hal ini menjadi refleksi
efek domino yang dilakukan oleh militer Myanmar mengingat kedekatan geografis.
Adanya hal tersebut memberikan semangat tersendiri bagi masyarakat Myanmar
untuk memerdekakan diri.
·
Adanya
perdamaian Versailles yang memperjuangkan hak-hak menentukan nasib sendiri bagi
bangsa-bangsa yang belum merdeka. Perjanjian versailles merupakan salah satu
hasil dari berakhirnya perang dunia I. Perjanjian Versailles menjunjung tinggi
hak-hak menetukan nasib sendiri bagi setiap negara. Tentunya hal ini menjadi
keuntungan bagi Myanmar yang ketika itu berada di bawah kekuasaan Inggris. Hal
ini juga dijadikan landasan bagi Myanmar untuk memperjuangkan haknya dalam
melepaskan diri dari penjajah.
Selain itu dari internal sendiri, pada tahun 1919
muncul gerakan melawan Inggris dengan membentuk The General Council of Burmese
Association (GCBA) menjalankan politik noncooperative dengan Inggris. Dari sini
berkobarlah semangat nasionalisme Myanmar anti Inggris. Gerakan-gerakan
nasionalisme Myanmar lainnya adalah Myochit (Partai Nasionalis), Sinyetha
(Partai Rakyat Miskin) dan Do BamaAsiayone (Kita Bangsa Myanmar) atau partai
Thakin yang menuntut kemerdekaan bagi bangsa myanmar.
Setelah terjadinya beberapa perlawanan antara rakyat
Myanmar melawan para penjajah, pada pertengahan abad ke-19, Inggris
menguasai Myanmar secara resmi dan menyatukan Myanmar dengan India. Pada era
perang dunia kedua, Myanmar diduduki Jepang. Era pendudukan Jepang ini
dimanfaatkan rakyat Myanmar untuk mengorganisir gerakan kemerdekaan mereka,
dengan mendirikan Liga Rakyat Merdeka Anti-Fasis (AFPFL) di bawah pimpinan Aung
San.
Dalam perkembangannya, AFPFL semakin berkembang pesat.
AFPFL juga memandang bahwa situasi perang dunia kedua dapat dimanfaatkan dengan
melihat kekuatan penjajah yang terfokus pada dua arah. Karena seperti yang kita
ketahui bahwa Jepang dan Inggris merupakan aktor yang berperan secara signifikan
dalam perang dunia kedua. Perang dunia kedua kemudian berakhir dengan kekalahan
jepang. Kekalahan Jepang di perang dunia kedua dijadikan sebagai momentum bagi
Myanmar untuk bangkit dan memberikan perlawanan. Setelah kekuatan dalam tubuh
Myanmar dipersatukan dan adanya dukungan dari Inggris beserta sekutu lainnya,
penyerangan terhadap tentara Jepang pun dilakukan. Penyerangan tersebut
berakhir dengan kekalahan Jepang. Pada tanggal 15 Juni 1945, angkatan
bersenjata Myanmar bersama-sama dengan satuan-satuan yang mewakili kerajaan
Inggris dan pasukan sekutu mengadakan pawai kemenangan di Yangoon. Kemenangan
Myanmar dari Jepang tidak serta merta membuat Myanmar menjadi negara merdeka.
Akan tetapi, Inggris mengambil alih. Dalam perkembangannya, pemerintah Inggris
telah menjelaskan politiknya mengenai masa depan Myanmar dalam Buku Putih.
Bagaimanapun pelaksanaannya, selama tiga tahun akan diperintah oleh gubernur
secara langsung, dan pada saatnya kemudian pemilihan dan pembentukan kembali
Dewan serta pembuat Undang-undang Myanmar tahun 1935. Hal ini menjadi titik
terang bagi Myanmar karena hal tersebut menjadi sinyal akan kemerdekaan
Myanmar. Hal ini dilakukan pemerintah Inggris karena melihat AFPFL telah
berpengaruh besar di tengah rakyat, akhirnya Inggris sepakat untuk
menyerahkan kemerdekaan kepada Myanmar.
Dalam rentetan perjuangan kemerdekaan Myanmar, U Aung
San merupakan aktor yang sangat kontributif dalam realisasi perjuangan
tersebut. Dia dikenal sebagai pemimpin yang kuat dan negarawan yang cakap serta
memperoleh kepercayaan dan kecintaan rakyatnya. U Aung San juga berperan
penting dalam proses mengorganisasikan gerakan nasionalisme dan aktif dalam
melakukan pendekatan dengan pihak Inggris.
Secara resmi, Inggris memberikan kemerdekaan bagi
Myanmar pada tanggal 4 Januari 1948. Hal ini tentunya menjadi prsetasi luar
biasa bagi elemen-elemen Myanmar yang mampu melepaskan diri dari belenggu
penjajahan. Momentum ini kemudian dijadikan semangat untuk membangun kembali
Myanmar sebagai negara berdaulat dan merdeka.
v Perkembangan Nasional oleh beberapa Golongan:
ü Perkembangan
Nasionalisme di Myanmar oleh Golongan Thakin
Latar belakang
Golongan Thakin juga dikenali sebagai
DobamaAsiayone (Persatuan Kita Orang Myanmar). Ia dikenali sebagai PartiThakinkerana
para pemimpinnya menggelarkan diri mereka Thakin yang bererti tuan. Ia memberi
simbol penolakan kuasa British dan orang Myanmar seharusnya menjadi tuan di
negara sendiri. Ia merupakan percantuman dua buah pertubuhan iaitu percantuman
di antara Liga Pemuda Pelajar yang dibentuk pada tahun 1931 dengan Persatuan
Dobama yang ditubuhkan pada tahun 1930. Parti ini ditubuhkan dengan rasminya
pada tahun 1936 di UniversitiRangoon.
Corak perjuangan
Corak perjuangan golongan Thakin
dipengaruhi oleh idea-idea sosialisme seperti Marxism, pergerakan Sein-Fein di
Ireland dan pergerakkan FarsisItali dan Jerman. Ia juga merupakan sebuah
pergerakkan bercorak politik yang memperjuangkan kemerdekaan dengan kaedah yang
radikal dan tidak bekerjasama dengan Inggeris. Mereka mengadakan perhubungan
dengan gerakan kebangsaan di negara lain yang pelbagai ideologi seperti Kongres
India, Kuomintang dan Parti Komunis China.
Peranan dan sumbangan
golongan Thakin antara tahun 1935-1941
Pada tahun 1935, pemimpin-pemimpin
golongan Thakiniaitu Aung San, TueinPe, KyawNyien, Rashid, Tui Han dan Ko OhnHu
menyertai Jawatankuasa Kerja Pelajar UniversitiRangoon. Pada tahun seterusnya
iaitu tahun 1936, permogokan pelajar yang melibatkan UniversitiRangoon dan
merebak kepada 35 buah sekolah menengah di sekitar Rangoon. Permogokkan itu
adalah untuk membantah tindakan disiplin yang dikenakan ke atas Thakin U Nu
(Presiden P.P.U. Rangoon) dan Thakin Aung San. Tindakan dikenakan ke atas
mereka keranaThakin U Nu membuat satu ucapan yang mengkritik
pentadbiranuniversiti dan Thakin Aung San kerana beliau membuat tuduhan yang
memburukkan nama seorang pensyarah. Pemimpin-pemimpin Thakin dan
pelajar-pelajar telah mengambil peluang ini untuk membuat pindaan ke atas Akta
Universiti 1920. Permogokkan ini menyebabkan pemimpin Thakin dianggap sebagai
pembela nasionalisme Myanmar. Pindaan ke atas Akta Universiti pada tahun 1939
menyebabkan golongan Thakin semakin popular.
Pada Disember 1936, golongan Thakin
menyertai Pilihanraya Umum yang pertama dengan menubuhkan parti sendiri
iaituKomin-Kochin untuk membentuk Kerajaan Myanmar yang tidak lagi bergabung
dengan India. Namun PartiThakin hanya berjaya memenangi 3 kerusi berbanding 46
kerusi oleh GBCA bersatu yang dipimpin oleh U BaPe dan 16 kerusi oleh PartiSinyetha
(Parti Orang Miskin) pimpinan Dr. BaMaw. Penubuhan kerajaan campuran gagal
akibat perbalahan badan-badan gabungan dan timbulnya soal pembahagian jawatan
menteri kabinet. Keadaan ini berjaya diatasi oleh Dr. BaMaw yang membentuk
kerajaan campuran yang terdiri daripada parti-parti kecil serta wakil puak
minoriti.
Pada tahun 1938, golongan Thakin
menubuhkan Pertubuhan Petani-petani Burma dan All Burma Cultirators League.
Golongan Thakin telah mencadangkan pembaharuan cukai bagi membantu petani-petani.
Golongan Thakin telah mencetuskan tunjuk perasaan di kalangan buruh lombong
minyak dan pengangkutan sungai bagi menuntut kenaikan gaji dan syarat-syarat
pekerjaan yang lebih baik. Hal ini menyebabkan golongan Thakin semakin popular
di kalangan pekerja dan petani.
Pada Julai 1938, tercetus pertelingkahan
serius di antara orang beragama Buddha dengan orang Islam di Yangon dan kawasan
sekitar. Golongan Thakin mengambil kesempatan ini dengan menggalakkan tunjuk
perasaan di kalangan buruh dan pelajar di merata tempat.
Pada tahun 1939, kerajaan pimpinan Dr.
BaMaw telah runtuh berikutan kejayaan U Saw membangkitkan perasaan curiga
terhadap pentadbiran Dr. BaMaw. Kerajaan campuran baru dibentuk oleh U Pu
dengan sokongan U BaPe dan U Saw. Kerajaan baru bersifat konservatif tidak
dapat menenteramkan kekacauan politik dan awam. PartiThakin, biarpun menyertai
kerajaan, mengambil kesempatan kekacauan politik bagi memperjuangkan sosialisme
golongan Thakin. Akibat terletusnya Perang Dunia Pertama yang meletus di Eropah,
golongan Thakin telah menubuhkan Blok Pembebasan bersama-sama dengan Dr. BaMaw.
Blok ini menggunakan Perang Dunia Pertama untuk mendapatkan konsesi-konsesi
daripada British bagi penyertaan Myanmar dalam perang itu dan perkara ini
mendapat sokongan ramai melalui golongan Pongyi. Namun, jaminan U Pubahawa
Myanmar akan membantu British tanpa syarat telah mengakibatkan kempen anti
perang oleh golongan Thakin. Konflik peribadi antara U Pu dengan Dr. BaMaw dan
tindakan U Saw menarik sokongan menjatuhkan U Pu. U Saw naik sebagai Perdana
Menteri.
Pada tahun 1940, Kerajaan U Saw telah
menangkap beberapa pemimpin Thakin bersama-sama dengan Dr. BaMaw yang akhirnya
menjatuhkan hukuman penjara. Thakin Aung San dan 30 orang Thakin yang lain pula
melarikan diri ke negeri China pada akhir tahun 1940.Pada tahun 1941, Thakin
Aung San membuat pakatan dengan Jepun di mana golongan Thakin akan membantu
Jepun menawan Myanmar daripada British dan pihak Jepun akan memberi kemerdekaan
kepada Myanmar. Sebilangan golongan Thakin telah menjalani latihan ketenteraan
di negara Jepun. Golongan Thakin menubuhkan Tentera Kemerdekaan Myanmar
(Myanmar Independent Army) yang mempunyai 30000 orang ahli pada kemuncaknya.
Pada September 1941, U Saw pergi ke
British untuk memohon kemerdekaan namun tidak dilayan.Pada Januari 1942, U Saw
ditangkap oleh British di Mesir sewaktu dalam perjalanan pulang ke Myanmar atas
tuduhan mengadakan hubungan sulit dengan Jepun yang sedang mengatur rancangan
menakluk Myanmar.
Peranan dan sumbangan
golongan Thakin antara tahun 1942-1948
Pada Disember 1941, golongan Thakin
membantu Jepun menyerang Myanmar melalui Tentera Kemerdekaan Myanmar.Pada Mei
1941, Jepun menawan seluruh Myanmar. Pengaruh Thakin meningkat dan mereka
dianggap sebagai pembela nasionalisme Myanmar.
Pada 1 Ogos 1941, akibat usaha-usaha
daripada golongan Thakin, Jepun telah memberi kemerdekaan kepada Myanmar.
Sebuah kerajaan republik dibentuk dengan Dr. BaMaw sebagai Perdana Menteri.
Kerajaan baru ini banyak dipengaruhi oleh golongan Thakin yang banyak memegang
jawatan di dalam kabinet. Antaranya ialah ThakinMya sebagai Timbalan Perdana
Menteri. Thakin Aung San sebagai Menteri Pertanian dan Thakin U Nu sebagai
Menteri Hal-ehwal Luar Negeri.
Pada tahun 1944, kemerdekaan yang
diberikan oleh Jepun tidak sepenuhnya dan kuasa masih dipegang oleh Jepun.
Kekejaman Jepun dan kemerosotan taraf hidup mewujudkan semangat anti-Jepun di
kalangan rakyat Myanmar. Oleh sebab itu, golongan Thakin dengan bantuan
pertubuhan nasionalis yang lain menubuhkan Liga Pembebasan Rakyat Anti-Fasis
(Anti FacistPeople’sFreedom League atau AFPFL) bagi menentang Jepun. Pemimpin
utama ialah Aung San sebagai Presiden dan ThanTun.
Pada bulan Mac 1945, AFPFL melancarkan
pemberontakan dan menyebelahi British. Tindakan ini melemahkan Jepun untuk
menentang kemaraan Angkatan Tentera Nasional Myanmar dan Tentera British dari
arah Utara ke Myanmar. Pada bulan Ogos 1945, Jepun menyerah kalah secara
rasminya dan British menubuhkan pentadbiranTentera. AFPFL yang dikuasai oleh
golongan Thakin muncul sebagai pertubuhan Nasionalis Myanmar yang utama.
Pada bulan Oktober 1946, setelah
pemulihan dilaksanakan, British meminta Aung San membentuk sebuah Majlis
Menteri. Pada bulan Januari 1947, Thakin Aung San memimpin satu delegrasi ke
London untuk membincangkan kemerdekaan Myanmar. British bersetuju untuk
mengadakan pilihanraya bagi memilih anggota Dewan Perlembagaan Myanmar pada
April 1947 dan bersetuju memberi kemerdekaan dalam jangka masa setahun.
Pada bulan April 1947, AFPFL memenangi
171 buah kerusi daripada 182 buah kerusi yang dipertandingkan. Seterusnya, Aung
San dan 6 orang rakannya dalam kabinet dibunuh oleh orang-orang yang diupah
oleh U Saw, bekas anggota AFPFL pada 19 Julai 1947. Kepimpinan AFPFL diambil
alih oleh U Nu yang seterusnya menggubal satu perlembagaan bagi Myanmar. Pada 4
Januari 1948, Myanmar mencapai kemerdekaan. Myanmar dibentuk sebagai sebuah
kerajaan republik. U Nu menjadi Perdana Menteri dan Sao ShweThaik, seorang
ketua orang Shan menjadi Presiden pertama.
ü Perkembangan
Nasionalisme di Myanmar oleh Golongan Pongyi (Sami-sami Buddha)
Sebab perjuangan
Sebab utama golongan Pongyi atau
sami-sami Buddha menyertai proses politik Myanmar ialah disebabkan kemerosotan
pengaruh sangha (komunitisami-sami Buddha) dan sekolah-sekolah agama Buddha di
bawah pemerintahan British. Dengan itu, mereka menyertai proses ini untuk
menegakkan kembali pengaruh mereka dan agama Buddha dalam masyarakat Myanmar.
Peranan dan sumbangan
Pongyi antara tahun 1916-1920
Antara tahun 1916-1917, golongan Pongyi
telah memberi sokongan kepada Persatuan Pemuda-pemuda Buddha (YoungMenBuddhist
Association atau YMBA) yang telah melancarkan protes terhadap permakaian kasut
oleh orang Eropah dalam rumah berhala dan pagoda-pagoda. Pada tahun 1918,
British memutuskan ketua pagoda tempatan berhak untuk melaksanakan larangan
permakaian kasut. Hal ini merupakan kejayaan pertama yang dicapai oleh
nasionalisme politik Myanmar.
Pada tahun 1920, golongan Pongyi
menyokong satu permogokan pelajar yang dianjurkan oleh Persatuan YMBA untuk
membantah langkah British meninggikan taraf kelayakan untuk memasuki
UniversitiRangoon dan markah kelulusan peperiksaan. Permogokkan itu gagal dalam
aspek pendidikan. Namun berjaya membangkitkan semangat kebangsaan di kalangan
orang Myanmar terutamanya para pelajar. Antara tahun 1916-1920, sebenarnya
Persatuan Belia Buddha yang lebih memainkan peranan utama dalam mengembangkan
nasionalisme Myanmar dan golongan Pongyi hanya bertindak sebagai “supportive”.
Peranan dan sumbangan
Pongyi antara tahun 1921-1929
Antara tahun 1921-1922, peranan
Pongyimengambilalih penguasaan kebanyakan unit politik perinkat desa yang telah
ditubuhkan oleh Majlis Persatuan Am bagi Kesatuan-kesatuan Burma (General
Council of Burma Association atau GCBA). Pada tahun 1921, U Ottama, seorang
Pongyi terkemuka mengembara ke seluruh Myanmar dan mengutuk sistem pemerintahan
dua lapis serta menuntut kemerdekaan sendiri. Beliau memujuk rakyat agar
menentang kerajaan. Beliau menggunakan taktik-taktik agama bagi mendapat
sokongan ramai. Sehingga tahun 1927, beliau telah banyak kali dipenjarakan,
namun keadaan ini menyebabkan beliau bertambah popular di kalangan rakyat
terutamanya di desa. Beliau meninggal dunia pada tahun 1939.
Pada tahun 1922, golongan Pongyi
menubuhkan MajlisAmSanghaSemetggi (General Council of SanghaSemetggi) untuk
mengendalikan program politik mereka. Pongyi bernama GBCA telah memulaukan
pilihanraya untuk melantik ahli-ahli Majlis Undangan. Kejayaan dapat dilihat
apabila hanya 7% pengundi pada tahun 1922 dan 16% pada tahun 1925 keluar
mengundi. Pada tahun 1923, Pongyi dan GBCA menentang pemerintahan dua lapis
yang diperkenalkan di Myanmar dan menuntut pemerintahan sendiri. Kepentingan
dan pengaruh Pongyi dapat dilihat apabila ahli-ahli baru Majlis Undangan yang
dilantik selepas tahun 1923 sering mendapatkan pandangan
pemimpin-pemimpniPongyi sebelum mengundi atas isu-isu penting.
Pada tahun 1924, golongan Pongyi
melancarkan beberapa kempenanti-cukai. Seterusnya, pada tahun 1926, U Wisara,
seorang Pongyi yang terkemuka telah melancarkan kempen anti cukai di Daerah
Tharrawaddy. Beliau perasaan anti-British di kalangan rakyat Myanmar.
Peranan dan sumbangan
Pongyi antara tahun 1930-1935
Pada tahun 1930, golongan Pongyi memberi
sokongan kepada Liga Anti-Pemisahan (Anti-Seperationist League) di bawah
pimpinan Dr. BaMaw dan U KhawMyint dengan alas an pemisahan membantutkan
perkembangan kerajaan sendiri di Myanmar. Golongan Pongyi juga telah menentang
pengajaran agama Kristian kepada ditangkap dan dipenjarakan. Antara tahun
1926-1927, Pongyi-pongyi lain melancarkan beberapa lagi kempen anti cukai.
Pada tahun 1928, GBCA terpecah menjadi
tiga kumpulan kecil di bawah pimpinan U ChitHliang, U Su dan U SoeThin akibat
perselisihan yang berlaku antara tahun 1924-1928. Namun, kumpulan ini tidak
banyak berbeza dari segi prinsip dan objektif dan terpengaruh dengan
pergerakkan Parti Kongres Nasional India dan menentang reformasi
Montague-Chelmsford dan menentang cadangan Suruhanjaya Simon 1928 agar Myanmar
dipisahkan daripada India. Pada tahun 1929, U Wisara meninggal akibat berpuasa
dalam penjara. Kematian beliau menambahkan lagi murid-murid beragama Buddha di
sekolah-sekolah mubaligh di Rangoon.
Pada 22 Disember 1930, Pemberontakan
Saya San meletus di daerah Tharawaddy, Burma Hilir. Pemberontakan ini dipimpin
oleh Saya San (bekas Pongyi dari Shwebo) dan diatur oleh Pongyi-pongyi di
peringkat desa.
Pemberontakan ini meletus disebabkan
oleh:
a.
Ketidakpuasan petani-petani terhadap cukai capitation.
b.
Beban hutang petani-petani dengan peminjam-peminjam wang.
c.
Arahan-arahan kerajaan mengkhaskan kawasan-kawasan hutan.
Pemberontakan ini bertujuan untuk
menggulingkan Kerajaan British dan memulihkan agama Buddha. Pemberontakan ini
dengan cepat berkembang ke sebahagian Hilir Myanmar. Pada tahun 1931,
pemberontakan berjaya dipatahkan. Saya San ditangkap dan dijatuhkan hukuman
bunuh. Walau bagaimanapun, pemberontakan ini menaikkan lagi semangat kebangsaan
rakyat Myanmar.
Pada tahun 1932, pengaruh ke atas petani
memastikan kejayaan Liga Anti-Pemisahan dalam pilihanraya umum. Mereka berjuang
agar Myanmar terus dalam persekutuan India kerana sedar bahawa hanya Kongres
Nasional India yang mampu berjuang menuntut kemerdekaan dengan berkesan. Namun,
British enggan memberi Myanmar hak memilih keluar daripada persekutuan
India.
Seterusnya, pada tahun 1935, Myanmar
dipisahkan dari India dan diletakkan di bawah kawalan langsung Pejabat Myanmar
di London. Akta Kerajaan Myanmar diluluskan oleh Parlimen British. Hal ini
menyebabkan parti-parti politik Myanmar berusaha mendapatkan sokongan bagi
menduduki dewan perundangan atau kabinet. Pelajar sering membuat tunjuk
perasaan dan ahli politik mengambil kesempatan memperalatkan pelajar. Dr. BaMaw
menyertai Parti Rakyat dan mengemukakan undi tidak percaya kepada para menteri.
Hal ini menyebabkan para menteri meletak jawatan dan tempat mereka diambil alih
oleh Dr. BaMaw dan U BaPe. Boleh dikatakan selepas tahun 1932 atau awal
1930-an, pengaruh golongan Pongyi semakin merosot dan secara beransur-ansur
diambil alih oleh golongan Thakin.
v NASIONALISME MYANMAR
Kesalahan yang dibuat Inggris adalah
menyatukan Negara Myanmar dan Negara India, sedangkan mereka berbeda budaya,
sejarah, dan mempunyai pandangan yang berbeda-beda pula. Sehingga Myanmar
menjadi bagian dari India, semua perubahan konstitusi yang dilakukan oleh India
dilakukan juga oleh Myanmar. Pada 1923, suatu sistem pemerintahan yang dikenal
sebagai Dyarchy diberlakukan di Myanmar. Sekarang Myanmar berstatus provinsi
dibawah seorang Gubernur. Langkah-langkah pertama diambil untuk menuju
realisasi pemerintahan sendiri yang bertanggung jawab. Bangsa Myanmar diberi
kesempatan untuk ambil bagian-bagian dalam lembaga-lembaga perwakilan, mereka
juga diizinkan memasuki dinas sipil. Sehingga mereka memperoleh pengalaman yang
sangat berharga dalam bidang pemerintahan.
Keterikatan India membawa kerugian besar
bagi Myanmar, diantaranya membanjirnya imigrasi orang-orang India dan timbulnya
persaingan dari para pedagang dan buruh India. Oleh sebab itu Myanmar ingin
memperoleh kebebasan, masalah pemisahan tersebut sudah menjadi bagian dari
kebijaksanaan Inggris. Mereka takut jika Inggris menggunakan pemisahan sebagai
sebuah muslihat untuk memperlambat perkembangan konstitusi Myanmar. Sehingga
dibentuklah sebuah Liga Anti Pemisahan dibawah pimpinan Dr. BaMaw.
Pemisahan dihasilkan oleh undang-undang
pemerintahan Myanmar 1935, dan sekarang Myanmar menjadi kesatuan yang diperintah
langsung oleh raja Inggris melalui kementrian Myanmar di London.
Perubahan-perubahan konstitusi juga dilakukan. Gubernur sekarang bertanggung
jawab terhadap urusan luar negri, pertahanan dan politik moneter, sedangkan
pada masalah-masalah lainnya ia harus meminta nasihat kepada para mentri yang
bertanggung jawab kepada Dewan Legislatif. Gubernur diberi kekuasaan darurat,
tetapi dengan jaminan bahwa ia tidak akan menggunakannya kecuali dalam keadaan
terpaksa.
Pada tahun 1937 pemisahan menjadi
kenyataan, dan Dr. BaMaw menjadi Perdana Mentri yang pertama. Pada waktu yang
bersamaan daerah-daerah pegunungan di Myanmar Utara, yang didiami oleh rakyat
non-Myanmar seperti bangsa-bangsa Shan dan Karen berada diluaryuridiksi
pemerintahan baru dan diberi Gubernurnya sendiri. Kemudian wilayah-wilayah itu
menjadi masalah politik yang penting di Myanmar pada saat itu.
Myanmar ingin memperoleh kemerdekaan
penuh dan lepas dari tangan Inggris. Seorang mahasiswa dari Universitas Rangoon
yang bernama Aung San berhasil membebaskan Myanmar dari tangan Inggris, dan
membuat Myanmar mengalami kemerdekaan penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar