Rabu, 02 Desember 2015

MAKALAH MIKROBIOLOGI PANGAN DAN PENGOLAHAN

Penggunaan pupuk ZA pada pembuatan Nata Decoco

Nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Nata berasal dari bahasa spanyol yang artinya terapung. Ini sesuai dengan sifatnya yaitu sejak diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis yang terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal. Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata.
Semula industri nata de coco dimulai dari adanya industri rumah tangga yang menggunakan sari buah nenas sebagai bahan bakunya. Produk ini dikenal dengan nama nata de pina. Dikarenakan nenas sifatnya musiman, pilihan itu jatuh kepada buah kelapa yang berbuah sepanjang tahun dan dalam jumlah yang cukup besar serta ditemukan secara merata hampir diseluruh pelosok tanah air. Di skala industri, nata de coco sudah dikenal sejak diperkenalkannya pada tahun 1975. tetapi, sampai saat ini, industri nata de coco masih tergolong sedikit (di Indonesia). Padahal jika melihat prospeknya dimasa mendatang cukup menggiurkan.
Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstra seluler atau yang kemudian di sebut nata de coco.Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon(C) dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik, maka semua cairan akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun. Oleh sebab itu, definisi nata yang terapung di atas caian setelah proses fermentasi selesai, tidak berlaku lagi.
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Pada ummumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan anta de coco, diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dari beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata. Adapun dari segi warna yang paling baik digunakan adalah sukrosa putih. Sukrosa coklat akan mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik. Sumber nitrogen yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat berasal dari nitrogen organik, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun Nitrogen anorganik seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium slfat. Namun, sumber nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya tidak kalah jika dibandingkan dengan sumber nitrogen organik. Bahkan diantara sumber nitrogen anorganik ada yang mempunyai sifat lebih yaitu ammonium sulfat. Kelebihan yang dimaksud adalah murah, mudah larut, dan selektif bagi mikroorganisme lain.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bias digunakan. Acetobacter Xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar , dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bias membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan Gram negative.
Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum oase.Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang dominant mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperature, dan ketersediaan oksigen.
Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian.Factor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media temperature, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari bahan organic seperti ZA, urea. Meskipun bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. Sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi.
Namun belakangan ini banyak beredar dalam pembuatan nata decoco menggunakan pupuk ZA, yang mana pupuk ini seharusnya digunakan dalam dunia pertanian terutama dalam penanaman padi. Penggunaan pupuk ZA ini untuk pertama kalinya ditemukan pada sebuah industri rumahan di daerah Sleman, DI Yokyakarta. Mereka penambahkan pupuk Za dlam pembuatan nata decoco dan tidak dapat dipungkiri, hasil dari penggunaan pupuk ini memeng jauh leboh bak dari tidak menggunakan pupuk. Mulai sejak saat itulah banyak spekulasi tentang baik buruknya penggunaan pupuk ini. Oleh sebab itu kita harus mengetahui baik-buruknya penggunaan pupuk ini dengan penjelasan berikut:
Mengapa dalam pembuatan Nata de coco menggunakan urea?
Peran dan fungsi dari urea ataupun pupuk ZA di dalam pembuatan nata de coco adalah sebagai nutrisi (protein) bagi bakteri Acetobacter xylinum agar dia bisa tumbuh lebih cepat dalam menghasilkan "nata" (berbentuk seperti gel).Urea atau ZA adalah sumber nutrisi bagi bakteri yang melakukan fermentasi air kelapa sehingga menjadi nata de coco.
Fungsi utamanya sebagai penyedia nitrogen, dengan adanya suplai nitrogen tambahan, bakteri akan berkembangbiak secara cepat, dan proses perubahan air kelapa menjadi nata de coco juga menjadi lebih cepat.
Sebenarnya di dalam air kelapa itu sudah ada nitrogennya, tetapi dalam bentuk organik, sehingga tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh bakteri, bakteri hanya dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk inorganik: - nitrat [NO3-] atau ammonium [NH4+].  Oleh orang awam, ZA sering disangka Urea, meski sama-sama berfungsi sebagai penyedia nitrogen; tapi ZA bukan Urea. Di Urea hanya ada N (46%), di ZA ada N (21% dlm bentuk ammonium) dan S atau belereng(24% dalam bentuk sulphate). Ketika ZA ditambahkan ke media pembuatan nata de coco, ZA akan dipakai oleh bakteri, digunakan untuk berkembang biak. Bakteri memerlukan banyak protein untuk pembelahan sel [berkembang biak].
Sebuah studi  yg dipublikasi diWorld J Microbiol Biotechnol (2008)  melaporkan bahwa ketebalan nata maksimal dapat diperoleh dengan konsentrasi optimum sukrosa sebanyak 10% dan amonium sulfat/ZA sebanyak 0,5%. Kondisi ini akan menghasilkan nata dengan kualitas yang bagus, permukaan yang halus dan tekstur kenyal. Sebetulnya ada sumber-sumber lain penghasil nitrogen, seperti bahan-bahan berprotein tinggi, tapi tentu harganya jadi mahal. Jika tidak ada ZA, bisa juga digunakan senyawa urea yang kaya akan unsur nitrogen.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan nata de coco berbahan urea (CH4N2O) atau ZA aman dikonsumsi. Asal dengan catatan, bahan digunakan dalam kategori tara pangan atau food grade, bukan yang terkandung dalam pupuk.  Biro Hukum dan Humas BPOM RI mengatakan bahwa “amonium sulfat atau disebut juga ZA (Zwavelzure Amoniak) dengan rumus kimia (NH4)2S04 dan urea dengan rumus kimia CH4N2O merupakan sumber nitrogen yang baik untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum. Amonium sulfat atau ZA dan Urea berfungsi sebagai bahan penolong (processing aids) golongan nutrisi untuk mikroba (microbial nutrients atau microbial adjusts)”.
Namun perlu dicatat bahwa dalam proses pembuatan nata itu pada akhir fermentasi ada proses-proses pencucian, sehingga sisa-sisa bahan yang digunakan telah dihilangkan. Jadi dalam produk natanya semestinya sudah tidak ada lagi ZA atau bahan-bahan lainnya. Pencucian berulang-ulang, pengecilan ukuran, dan perendaman merupakan tahapan proses bertujuan untuk menghilangkan sisa substrat fermentasi, menghilangkan asam, menghilangkan sisa mikroba dan komponen lain yang tidak dikehendaki, dan menghasilkan aroma khas Nata. Nata de Coco selanjutnya direbus mendidih minimal selama 10 menit untuk menghilangkan rasa  asam maupun sisa mikroba hidup, sehingga dihasilkan produk Nata dengan rasa tawar, kenyal, tidak berbau, bebas residu, dan aman untuk dikonsumsi.

Apa pengaruh ZA dalam kesehatan?

Amonium sulfat atau ZA termasuk bahan pangan yang aman menurut FDA. Ia bisa digunakan sebagai pengatur keasaman dalam makanan, dan menguatkan adonan tepung dalam pembuatan roti. Jika tertelan atau terhirup, amonium yang terserap ke dalam tubuh akan ditransport ke hati dan di metabolisme menjadi urea, dan dibuang melalui urin.
Amonium sendiri juga dijumpai dalam tubuh sebagai ion yang menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Sulfat-nya juga merupakan senyawa normal dalam tubuh dalam metabolisme senyawa sulfat endogen. Ia akan dibuang dalam bentuk tidak berubah atau terkonjugasi melalui urin. Tentu saja jika digunakan dalam dosis yang besar akan membahayakan kesehatan. Seberapa besar yg bisa membahayakan?
Ammonium sulfat termasuk yang memiliki toksisitas akut rendah. Dosis yang bisa memberikan 50% kematian pada tikus secara per-oral (dimakan) adalah 2000-4500 mg/kg berat badan (jika dikonversi ke dosis manusia berat 70 kg adalah 22,5 gram), yang berarti cukup besar dosis untuk bisa mematikan.
Bahaya potensial lainnya antara lain :

Mata : menyebabkan iritasi
Kulit : iritasi kulit, menyebabkan kemerahan.
Tertelan : mual, muntah, diare
Terhirup : iritasi saluran nafas, batuk, sesak nafas

Salah satu standar yang digunakan untuk bahan baku makanan adalah standar FCC (Food Chemical Codex). FCC menyebutkan bahwa ammonium sulfat yang boleh digunakan sebagai bahan pangan disyaratkan tidak boleh mengandung logam berat arsenik (lebih dari 0.5 ppm), besi (15 ppm), dan selenium (5 ppm). Secara komersial, ammonium sulfat tersebut tersedia dalam dua kategori: untuk makanan (food grade) dan bukan untuk makanan (non food grade). Yang food grade berstatus Generally Recognized As Safe (GRAS) dalam batasan tertentu, sedangkan yang non food grade tentu saja tidak boleh dipakai dalam makanan. Permasalahannya adalah amonium sulfat dalam bentuk pupuk ini murah dan banyak tersedia.
Namun satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tentunya kualitas sediaan ZA yang ditujukan sebagai pupuk tidak sama dengan sediaan yang memang khusus untuk makanan, karena mungkin ada pencemar dan mungkin dapat memberikan efek kurang baik bagi kesehatan.. Concern yang besar perlu diarahkan terhadap kemungkinan adanya cemaran logam berat atau cemaran lain dari hasil sintesis pupuk ZA. Perlu diingat bahwa batas maksimal yg dibolehkan untuk cemaran pada pupuk tentu jauh lebih besar daripada batasan pada senyawa kimia untuk pangan (food grade), apalagi untuk obat(pharmaceutical grade).

Sebagai perbandingan, batas maksimum logam berat pada pupuk  dan pada pangan adalah sbb:
Arsen :  ≤ 10 ppm  (pupuk)  vs  ≤ 2 ppm (pangan)
Kadmium:  ≤ 10 ppm (pupuk) vs  ≤ 0,3 ppm (pangan)
Merkuri:  ≤ 1 ppm (pupuk) vs  ≤ 1 ppm (pangan)
Timbal :  ≤ 50 ppm  (pupuk) vs ≤ 2 ppm (pangan)

Berkaitan dengan kasus penggunaan pupuk ZA pada produksi nata de coco, beberapa langkah perbaikan yang perlu dilakukan antara lain:
(1) Penggalakan penggunaan amonium sulfat murni (Food Grade) perlu dilakukan. Diakui bahwa bahan ini merupakan produk impor dengan harga yang relatif lebih mahal. Namun demikian, aspek ketersediaan nampaknya merupakan titik kritis penggunaan bahan tersebut.
(2) Agar sedapat mungkin dihindari penggunaan bahan non food grade, mengingat kadar ketidak-murnian yang tinggi pada amonium sulfat non food grade, misalnya pada kandungan logam berat yang jauh lebih tinggi.
(3) Pencucian berulang dalam proses produksi nata de coco adalah titik kritis keamanan pangan, dimana boleh jadi komponen-komponen berbahaya seperti logam berat akan larut ke dalam air pencuci.
(4) Sebaiknya dilakukan pengukuran kadar logam berat pada produk nata de coco yang saat ini beredar.

Selain penggunaan ZA dalam pembuatan Nata Decoco, telah ditemukan alternatif yang dapat membantu memberi bakteri Acetobacter xylinum  nutrisi (protein) yang sangat lebih banyak. Penggunaan ZA untuk pemenuhan kebutuhan nitrogen mungkin bisa diganti dari sumber lain, seperti protein. Akan tetapi harganya jauh lebih mahal dari ZA. Kebutuhan protein dapat dipenuhi dari penggunaan air rebusan kecambah kacang hijau atau limbah proses pembuatan tahu. Selain itu ditambahkan juga asam cuka untuk memberi suasana asam yang merupakan kondisi agar bakteri penghasil nata de coco bisa hidup dan berkembang. Jika tidak ditambahkan asam asetat, maka pH larutan masih bersifat mendekati netral yang akan menyebabkan pertumbuhan bakteri akan sangat lambat, konsekuensinya produksi nata de coco akan lambat juga, bahkan mungkin akan gagal atau nata de coco tidak jadi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar